Belajar Bahasa Arab (Arabindo)

Belajar Bahasa Jepang Online

Buat yang ingin Belajar Bahasa Jepang Online secara gratis.
Materi yang diberikan di sini mencakup: Pengenalan, Huruf Jepang, ungkapan, Bahasa Jepang Dasar, kosakata dan artikel mengenai Budaya dan bahasa Jepang.

Freejapanese.org

LIFE IS SACRIFICE

“Great achievement is usually born of great sacrifice, and is never the result of selfishness.” (Napoleon Hill; American author, 1883-1970)

According to Concise Oxford Dictionary, sacrifice means the practice or an act of killing an animal or person or surrendering a possession as an offering to a deity (an animal, person, or object offered in this way) and it also means an act of giving up something of value for the sake of something that is of greater value or importance.

Talking about sacrifice is talking about the Eid al-Adha "Festival of Sacrifice" or "Greater Eid" which is a holiday celebrated by Moslems worldwide to commemorate the willingness of Ibrahim to sacrifice his son Ismail as an act of obedience to God (Ash-Shaffat: 100-109)

Eid al-Adha annually falls on the 10th day of the month of Dzul Hijja of the lunar Islamic calendar. The festivities last for three days or more depending on the country. Eid al-Adha occurs the day after the pilgrims conducting Hajj, the annual pilgrimage to Mecca in Saudi Arabia by Moslems worldwide, descend from Mount Arafat. It happens to be approximately 70 days after the end of the month of Ramadan.

The sacrifice that has done by the father Ibrahim to his son Ismail indicates the patience and sincerity of Ismail (Al-Anbiya`: 85). Allah the Almighty gave Ismail and his father; Ibrahim a great ordeal to do such an unbelievable command to cut off his own son as a sacrifice to prove his faith as the servant of Allah who resigns himself to fate and purify his love only to Allah. (Al-Anbiya`: 2-3)

We can take the lesson from this precious historical occurrence that sacrifice is really required in our life. We will never be able to enjoy everything in this universe without sacrificing. A wise man ever said “No pain no gain”; it means we must sacrifice over and over to reach the best achievement. As a good Moslem students, all we have to do is study, study and study… we can’t achieve our dreams and ideals without study hard.

The life episodes that we have through must not always be smooth as we hope, there must be a lot of obstacles we must face and confront. The best key to attain the successful life from all sacrifices that we have done are keeping our enthusiasm, never give up, and trying to do the best for the sake of our goodness. Indeed, life is sacrifice.

Kepada HAWA


Aku memang bukan seseorang yang (mungkin) bisa kau banggakan dan membanggakan semua manusia yang mengenalku..
Aku tidaklah kan menjadi seorang yang (mungkin) bisa kau andalkan selalu dan menjadi andalan setiap insan..
Aku tiadalah mempunyai (banyak) hal yang (mungkin) dengannya ku bisa merasa (seakan-akan) aku adalah yang terbaik bagimu dan paling baik bagi setiap orang..
Aku adalah aku, bukan kamu, mereka atau dia..

Aku (ma’af terlalu banyak beraku-aku –karena ini tentang aku-) bak lelaki pada ghalibnya yang mempunyai asa akan itu
Koleksi, seleksi lalu resepsi adalah salah satu rumusnya.. namun itu bukan aku... (setidaknya tanpa embel2 koleksi di depannya)
”Tak usah terlalu lama, kalau sudah cocok langsung saja, tunggu apa lagi toh Allah akan mencukupkanmu” begitu nasehat seorang ustadz dalam perjalanan ke acara walimatul ’ursy salah seorang teman laki-laki (yang juga menikahi salah satu teman perempuanku). Aah, ternyata dunia bak daun kelor...

Aku percaya suatu saat nanti akan datang hari dimana semua harapan dan mimpiku akan jadi kenyataan, entah itu esok, lusa, seminggu kedepan, sebulan, setahun atau mungkin sewindu (ini hanya tentang angka)
Sering ku berfikir dalam dan merenung sejenak akan masa depan.. ya, masa dimana semua yang telah kuangankan (dan kutuliskan dalam lubuk hati) terwujud dengan sempurna, seperti indahnya metamorfosis kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu yang sedap dipandang sepasang bola mata siapa saja yang memandangnya.

Aku (memang)...
tidak setampan Nabi Yusuf AS
tidak sekaya Nabi Sulaiman AS
tidak seberani Umar bin Khottob RA
tidak sesabar Nabi Ayub AS
tidak sebijaksana Nabi Ibrahim AS
tidak seikhlas Nabi Ismail AS
tidak setegar Nabi Nuh AS
tidak sepandai Nabi Isa AS
dan tidak sesempurna Nabi Muhammad SAW

Tapi aku (setidaknya) memilki cinta yang tulus kepada seorang wanita, sesudah cintaku kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, ibu dan bapakku...
Aku dapat meresapi cinta itu, suatu persembahan terindah dari Sang Maha Cinta kepada hambaNya (yang tentunya) haus akan cinta...
Ini adalah anugerah terindah yang bersemayam di lubuk hati seorang hamba (yang mendamba) akan cinta...

Ya Allah.. Yang Maha Kasih..
Kirimkanlah kepadaku bidadari surgaMu..
Ya Robb.. Yang Maha Cinta..
Anugerahkanlah kepadaku kekasih halal..


Munajat cinta
9 September 2009

Torres and Gerrard; The SOUL of Liverpool FC

The Unstoppable duo.. F9T & S8G.. a MUST WATCH VIDEO..!!!

Steven Gerrard Top 10 Goals

Liverpudlians... are u ready 2watch this video... check this out!!!

SARJANA (TIDAK LAGI) MUDA

Pagi itu seperti biasa aku kembali melongok keluar mengintip melalui jendela kamar kosku yang kacanya buram -lantaran (memang) tidak pernah diperlakukan adil olehku seperti ku memperlakukan gelas kesayanganku- sembari menunggu air mendidih otomatis dari dispenser yang ku beli beberapa bulan yang lalu (ku tak ingat). Betapa ku tidak sayang sama mug ini, benda yang setia menemani mengarungi hari-hariku. Segera saja ku seduh caffeine yang selalu membuat ku candu dan tak bosan untuk menyeruputnya di setiap pagiku… sluuurrrpp… hhmm.. nikmat rasanya tiada dua. Bagi kebanyakan orang si cairan hitam hangat ini adalah sohib akrab sigaret yang selalu berasap, namun tidak bagiku. Memang, tujuh tahun lalu aku (sempat) berkenalan dengan si cerobong asap ini dan bersahabat kental dengannya. Tapi lain dulu lain sekarang, karena insiden batuk-batuk yang mendera pada saat itu, dan juga kesadaran untuk menggemukkan badan maka aku putuskan untuk berhenti berteman dengannya selama-lamanya (walaupun sampai detik ini badanku tak kunjung gemuk).

Menikmati segelas kopi hangat rasanya hampa tanpa membaca koran, ya apalagi ini hari sabtu, hari dimana aku biasa menyisihkan uangku untuk membeli surat kabar. Ku setel radio tape bututku dan mencari channel dengan sembarang, sampai akhirnya tak sengaja ku menyimak lagu “Sarjana Muda”nya Bang Iwan Fals. Lirik lagu yang ditembangkan Presidennya anak muda ini membuat ku terhenyak dan menerawang tak tentu arah…

“…

dengan langkah gontai tak terarah keringat bercampur debu jalanan

engkau sarjana muda resah mencari kerja mengandalkan ijazahmu

empat tahun lamanya bergelut dengan buku tuk jaminan masa depan

engkau sarjana muda resah tak dapat kerja tak berguna ijazahmu

empat tahun lamanya bergelut dengan buku sia-sia semuanya

….”

Aku tiba-tiba saja berfikir bahwa lagu ini sengaja diputar hanya untukku. Tepat, tidak salah lagi. Liriknya sangat “dalam” menyayat sembilu, seakan mengetahui sebab pagi hariku yang seperti ini setiap harinya dan tak berubah, ibarat pasukan paskibra yang mendapat komando untuk berjalan ditempat dan haram berjalan kecuali setelah menerima aba-aba “maju jalan…”

Aku tak mau memungkirinya lagi bahwa memang alasan utamaku membeli koran sekali dalam seminggu di hari sabtu adalah semata-mata untuk membaca dan menandai kolom favoritku “Karier”. Ghalibnya semua orang dewasa mafhum betul bahwa kolom ini diperuntukkan kepada The Jobseekers, termasuk aku sang pengangguran.

Dulu, aku sempat membayangkan kehidupan yang menjanjikan di ibukota. Kendatipun banyak yang berpendapat bahwa ibukota lebih kejam daripada ibu tiri, aku tidak serta merta mengamininya begitu saja. Kini, aku baru merasakan luar biasa sulitnya mencari sesuap nasi di ibukota.

Pelbagai cara sudah aku lakukan, dari membaca setiap helai selebaran pengumuman loker (lowongan kerja) yang tersusun rapih di Information Board kampusku sampai langganan (gratis) di millist para Jobseeker yang secara berkala mengirimkan update loker langsung ke inbox e-mailku.

Rasanya sudah ratusan (jumlah tepatnya aku benar benar lupa karena terlalu seringnya) amplop cokelat berukuran kertas HVS yang sudah aku layangkan ke perusahaan-perusahaan di pelosok negeri. Dari ke semua amplop besar itu isinya sama; surat lamaran kerja, daftar riwayat hidup, foto kopi KTP, pas foto terbaru ukuran 3x4 (untuk yang ini sebenarnya yang penting menyertakan foto terbaik kita), kartu kuning pencari kerja, SKCK (surat keterangan catatan kepolisian), sertifikat-sertifikat penunjang lainnya (tiga dokumen yang terakhir ini hukumnya “sunnah”, lebih baik bila disertakan, itupun jika ada uang lebih untuk mengurus “birokrasi”nya yang berjelimet).

Tak terasa jam di telepon selulerku sudah menunjukan pukul 09.30. Ku masih saja membolak-balik kolom Karier tanpa mempedulikan isu politik hangat di Nusantara, apalagi gosip murahan para selebritas yang mencari popularitas untuk survive di belantika entertainment. Gelasku pun bocor alias tandas semua cairan hitamnya, hanya menyisakan ampas jauh di dasar dalam gelas.

Perut keronconganku nampaknya sudah tidak bisa dikompromi lagi. Hak perutku segera harus dipenuhi. Tanpa mandi (apalagi menggosok gigi) ku bergegas menunaikan hasratku ke Warteg terdekat.

Mbok Sumi yang sedari tadi sibuk melayani tamunya -para mahasiswa menengah ke bawah dan tukang becak- tidak absen melemparkan senyuman kepadaku –pelanggannya yang sering ngutang- seraya berkata “nyarap mas Indro?” ku langsung sigap membalas sambil menyimpulkan senyum kecil “nje mbok, menu biasa yah”. “Siap mas…” katanya lagi sambil guyon. Entah mengapa Si Mbok wong Tegal ini tidak pernah kapok melayani aku yang sering ngutang ini. Mungkin karena Si Mbok merasa bersaudara dengan aku yang sama-sama berasal dari Jawa Tengah, atau karena dia paham betul bahwa “pembeli adalah raja”, maka aku selalu diperlakukan layaknya seorang raja (tanpa mahkota.. hehee) seperti halnya dia melayani tetamu yang lain. Aaahh, sudahlah aku malas berspekulasi, yang penting aku bisa sarapan pagi ini “Alhamdulillah…” kataku dalam hati.

Sambil menunggu Si Mbok menyendokkan nasi bak kuburan cina (begitu aku biasa menyebutnya karena porsi jumbo yang awet dan tahan lapar sampai sore hari) dan semur tahu tempe plus sambel khas Mbok Sumi kesukaannku yang super hot (yang takkan ditemui di restoran manapun di dunia), aku di kejutkan oleh sebuah tangan yang menepuk bahuku diiringi sapaan hangat dari suara yang kederangarannya tak asing di gendang telingaku “hei Ndro, sendirian aja lo..?” katanya setengah bertanya. Aku mencoba mengingat sebuah nama, ingatanku kembali ke masa OSPEK di Kampus 6 tahunan yang lalu. “Rony..!! lo bener Rony kan..?” kataku setengah ragu. “Iya, gue Rony Ndro, udah lama nggak ketemu yah?” balasnya dengan hangat. Sembari menerima porsi sarapan jumboku dari Si Mbok, aku memulai bercakap dengan Rony –kawan lamaku satu Fakultas di Kampus- “Iya Ron, 6 tahunan kita ga ketemu dan ngobrol kaya gini” ujarku dilanjutkan dengan basa basi menawarkan makan (yang sebetulnya tidak berniat untuk mentraktirnya).

Rupanya Rony sudah sarapan dan kali ini dia hanya ingin menikmati kopi hangat plus ngemil beberapa pisang goreng. Ngaler ngidul kita ngobrol tentang banyak hal, sampai akhirnya dia bertanya tentang kegiatanku saat ini. “Nganggur bro” ujarku sekenanya. “ada loker ga buat gue?” lanjutku. Aku tahu betul, selain pintar Rony juga beruntung karena telah bekerja di sebuah Bank swasta di bilangan Jakarta sebelah selatan. Aku tak seberuntung dia yang dapat mengaplikasikan ilmu Ekonominya di tempat yang tepat, sedangkan aku? ilmu Akuntansiku “lapuk” di makan usia. “di Bank tempat gue kerja sih kebetulan lagi ga ada loker bro, tapi…” “tapi apa?” potongku sebelum Rony menyelesaikan kalimatnya. “Abang gue kan Kepala Sekolah SMK swasta di sekitar sini, kayanya lagi butuh guru Akuntansi deh. Lo mau coba?” Aku berfikir keras dan berhenti sejenak mengunyah nasi. “Ngajar? Jadi guru maksud lo?” kataku penasaran. “Iya bro, ngajar di sekolah itu lumayan kok kesejahteraan gurunya, selain dapat gaji juga ada sembako setiap bulan. Bagaimana?” lanjutnya. “Insya Allah lo pasti bisa deh. Materinya gampang. Cocok buat lo yang Sarjana, kuliahnya 5 tahun lagi.. hehee.. just kidding bro” katanya sambil meledek. Rony memang lebih dulu lulus dan wisuda sebelum aku yang ngaret setahun sesudahnya. “mungkin harus gue coba bro.. mungkin ini jalan dan rezeki gue. Kapan gue bisa masukan lamarannya?” sahutku lagi. “Nah gitu dong.. profesi guru kan mulia bro, ilmu akuntansi lo pasti bermanfaat. Lebih cepat lebih baik bro. besok lo bisa langsung menghadap abang gue kan?” tanyanya setengah mendesak. “Insya Allah, besok pagi gue langsung menghadap beliau, SMK Karya Pelita yang di ujung jalan raya itu kan?” tebak aku (maklum saja 7 tahunan hidup disini memaksa aku menghapal wilayah). “iya betul bro, besok langsung menghadap sama Pak Abidin; itu nama abang gue oke..” ujarnya lagi sambil merogoh kantongnya dan berkata kepada Si Mbok “sudah Mbok, jadi berapa semuanya? satuin aja sama mas Indro”. “sebelas ribu rupiah saja mas” jawab si Mbok sambil tersenyum kearahku. Mungkin Si Mbok senang hatinya, karena kali ini aku tidak ngutang... Dan mungkin juga Rony iba sekaligus merasa kasihan kepada aku sang pengangguran yang tak kunjung mendapat penghasilan. “Makasih banget nih Ron…” kataku secara otomatis tanpa di perintah siapapun. “Sama sama bro..” jawabnya kalem seraya pamit pulang duluan kearah rumahnya yang jauh ke timur Jakarta. Belakangan aku tahu bahwa ternyata dari semalam dia menginap di kediaman abangnya yang tak jauh dari SMK.

Aku pulang ke kosan kali ini dengan suasana hati yang tidak murung seperti biasanya –murung mengingat hutangku sama Mbok Sumi yang menggunung sekaligus nestapaku sebagai pengangguran- namun ku justru senang setengah mati karena baru mendapat pekerjaan –yang walaupun tidak aku idamkan- yang 90% sudah di tangan. Semoga pekerjaan ini mewarnai kembali hidupku dan mengubah musibah menjadi anugerah.

Terimakasih Ya Allah… Akhirnya Kau dengar juga pinta hambamu ini... Akhirnya Kau bukakan juga pintu kasihMu kepada Sarjana pengangguran ini… Akhirnya Kau kabulkan juga setiap munajatku di malam buta menengadah untuk sebuah hidup yang lebih baik… Alhamdulillah Yaa Rob..

Bilik Inspirasi - Ciputat,

22 Januari 2010

Jam 17.20